FALSAFAH GERAKAN SHALAT

Ibadah Shalat harus dilakukan dengan دائمون “dawam” (rutin dan teratur), خاشعون “khusyu’” (sempurna), يحافظون terjaga dan semangat. Allah SWT memperingatkan orang-orang mukmin supaya tidak shalat dalam kondisi “malas” ولا يأتون الصلوة الا وهم كسلى [At Taubat: 54], dan “lalai” فويل للمصلينلا الذين هم عن صلاتهم ساهون [Al Ma’un: 5-6], akan tetapi harus selalu “menjaga” والذين هم على صلوتهم يحافظون [Al Mu’minun: 10] sholatnya sehingga mampu mencapai derajat “khusyu’” dan menjadi orang-orang mukmin yang memperoleh “keberhasilan” [Al Mu’minun: 2].
Derajat “khusyu’” bisa didapatkansetiap hamba Nya dalam sholat, jika ia bisa “melihat” Allah SWT hadir dihadapannya atau merasakan dirinya sedang “dilihat” oleh Nya. Seperti kita sedang menghadap seorang raja. Berikut kami sampaikan falsafah gerakan sholat, yang digambarkan seperti sedang menghadap seorang raja.

1. Wudhu: Ketika seorang hamba hendak menghadap Raja, tentu ia akan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ia bersihkan badannya, memakai baju terbaik, dengan dandanan yang sempurna dan tak lupa menyemprotkan minyak wangi terharum ketubuhnya.Sehingga memperlihatkan penampilan yang terbaik.
2. Niat: Selain mempersiapkan penampilan luar yang sempurna, hamba tersebut juga harus mempersiapkan mentalnya. Mental yang teguh akan menumbuhkan kepercayaan diri, sehingga tidak timbul keragu-raguan.
3. Takbiratul ikhram: Hamba tersebut segera berangkat dan tiba di pintu gerbang istana, ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada pemeriksaan penjaga istana. “Tangan diangkat” sebagai tanda menyerah, ia serahkan segala atribut yang dia miliki, termasuk senjata berbahaya yang mungkin dia bawa. Sehingga tidak ada lagi yang tersisa, selain tubuh dan selembar kain yang menempel di badan. Sebagai bukti bahwa ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada sang paduka Raja.
4. Tangan bersidekap (Kedua tangan di dada, tangan kanan diatas tangan kiri): Selanjutnya ia dibawa menghadap sang paduka Raja oleh penjaga dengan tangan di”borgol”, sehingga ia tidak mampu berbuat apa-apa lagi, selain mengikuti kehendak sang penjaga. Ia tidak bisa melakukan aktifitas lain selain tunduk dan takluk. Semua ini ia lakukan dengan rela dan penuh keikhlasan, dengan harapan bisa selamat sampai dihadapan sang paduka Raja.
5. Ruku’: Sampailah sang hamba di pintu ruang utama tempat tinggal sang paduka Raja, dan raja pun nampak padanya, maka ia serta merta merundukkan badannya sebagai bentuk penghormatan kepada sang paduka Raja.
6. I’tidal: Lalu ia melangkahkan kakinya menghadap sang paduka Raja.
7. Sujud: Ketika ia sudah berada dihadapan sang paduka Raja, iapun segera menjatuhkan badannya, sujud, tunduk dihadapan sang paduka Raja. Ia mulai meratap, memohon ampunan dari kesalahan yang pernah diperbuat, meminta belas kasihan, meminta bantuan dan segala keinginan yang ia utarakan lansung kepada sang paduka Raja. Ia yakin keinginannya akan dikabulkan, jika Raja mendengar langsung semua permohonannya.
8. Tahiyyat: Setelah segala keinginannya telah diutarakan kepada sang paduka Raja, ia segera “duduk bersimpuh” dan mulai menyanjung, memuji dan berterima kasih atas kebaikan sang paduka Raja yang telah menerima dan menjaga keselamatannya.
9. Salam: Waktu berpamitan telah tiba, iapun segera pergi dari hadapan sang paduka Raja dan meninggalkan istananya.
10. Dzikir dan Do’a: Ketika ia sudah tidak berada dihadapan sang paduka raja dan jauh diluar istananya, ia tidak lantas melupakan Raja yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat kepadanya. Ia terus berusaha supaya bisa tetap menjalin hubungan dengan sang paduka Raja. Berbagai sarana ia manfaatkan, mulai dari surat menyurat (hari gini ya SMS an…), memberikan upeti dari hasil buminya dan hadiah-hadiah lain yang bisa ia berikan sebagai bentuk terima kasih kepada sang Raja. Semua itu ia lakukan dengan harapan sang Raja tetap ingat kepadanya dan menjaga keselamatannya.
Sholat merupakan sarana komunikasi seorang hamba dengan Allah SWT, yang dilakukan secara “empat mata”. Hamba tersebut menyaksikan Allah SWT dihadapannya dan Allah SWT melihat hambanya sedang menghadap kepada Nya. Dalam keadaan seperti ini seorang hamba seharusnya bertaubat, berdo’a dan memohon segala yang diinginkannya.
semoga ibadah kita senantiasa mencapai derajat ibadah khusyu', sehingga bisa diterima dan diridhoi Nya.

Read More..

RAHASIA SHALAT

لذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة ومما رزقنهم ينفقون البقرة:4

Tiga hal utama yang harus dilakukan hamba Allah SWT ketika menjadi orang Islam, yaitu beriman (Syahadat), menyembah (shalat), beramal (Shadaqah). Iman kepada Allah SWT sebagai asas pokok setiap agama, sedangkan Tauhid Ilahi menjadi inti ajaran Islam. Keimanan dapat diwujudkan menjadi sebuah keyakinan dalam hati setiap hamba jika dimanifestasikan dalam bentuk amal ibadah. Shalat sebagai salah satu sarana yang utama untuk mewujudkan keimanan menjadi suatu keyakinan yang nyata akan wujud Allah SWT. Karena itulah shalat harus diamalkan secara rohani dan jasmani, hal ini dimaksudkan sebagai,

a. Bentuk rasa syukur yang ditunjukan ruh dan tubuh, atas nikmat yang diberikan
b. Permohonan pertolongan, kareana ruh dan tubuh juga memilki kelemahan
c. Pengaruh ruh terhadap tubuh, hati senang wajah akan berseri
d. Sebagai teladan bagi lingkungan, memberi tarbiyat bagi yang melihat
Shalat harus kita amalkan sesuai makna yang terkandung didalamnya. Perintah mengerjakan shalat fardhu adalah ويقيمون الصلاة yang memiliki makna sebagai berikut,
1. Dawam, الذين هم على صلاتهم دآئمون [Al Ma’arij: 23]
Mengerjakan shalat harus secara dawam tanpa sekalipun ditinggalkan. Shalat yang kadang-kadang ditinggalkan, bukanlah shalat namanya menurut Islam. Karena shalat bukanlah amal yang tergantung olerh masa, bahkan baru dianggap amal yang sempurna jika shalat dikerjakan sejak pertama taubat atau diwaktu baligh sampai meninggal dunia tidak ditinggalkan sekalipun.
Orang-orang yang biasa meninggalkan shalat dimasa itu, semua shalatnya tidak akan diterima. Jadi kewajiban seorang muslim ialah apabila ia telah baligh atau taubat, maka dari saat itu hingga meninggal janganlah meninggalkan shalat, karena shalat adalah pengganti ziarah kepada Allah SWT. Dan barang siapa enggan bertemu dengan yang dicintainya, berarti dia menyatakan sendiri bahwa cintanya bohong.
2. Khusyu’, الذين هم فى صلاتهم خاشعون [Al Mu’minun: 3]
Dalam mengerjakan shalat harus sempurna, yaitu sesuai dengan syarat-syaratnya yang zahir dan peraturan syang sudah ditetapkan. Contohnya ketika sedang sehat dan ada air, maka dia harus mengambil air wudhu baru shalat, dan wudhunya juga harus dikerjakan sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan syari’at. Shalatpun harus dikerjakan dalam waktu yang tepat, gerakan sholat harus tuma’ninah, do’a-do’a dan ayat-ayatnya dibaca dengan sebaik-baiknya sesuai tempatnya. Ringkasnya semua syarat dan rukun shalat dekerjakan dengan setertib-tertibnya.
Disini juga harus diperhatikan walaupun menurut syariat, shalat harus dikerjakan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, tetapi bukan berarti jika terpaksa syarat-syaratnya tidak lengkap lantas shalat boleh ditinggalkan. Bagaimanapun juga shalat harus didahulukan daripada syarat-syaratnya. Apabila tidak ada kain yang bersih boleh memakai kain yang kotor. Apalagi hanya sekedar ragu-ragu apakah kain bersih atau tidak karena anak-anaknya, atau ketika dalam perjalanan tidak mungkin ada kebersihan seratus persen lantas meninggalkan shalat, semua ini adalah was-was syaitan.
“Allah Ta’ala tidak memberatkan seseoarang melebihi kemampuannya” [Al Baqarah: 286]. Perintah Allah SWT adalah selama syarat-syarat masih bisa disempurnakan, meninggalkannya adalah dosa. Tatapi apabila syarat-syarat tidak mungkin bisa disempurnakan, lalu meninggalkan shalat adalah dosa. Ini semua adalah halangan, jadi harus berhati-hati benar.
3. Memelihara, Menegakkan, والذين هم على صلوتهم يحافظون [Al Mu’minun: 9]
Terkadang shalat terganggu karena pengaruh dirinya atau lingkungan sekitar yang membelokkan perhatiannya dari shalat kepada pikiran yang lain. Sudah menjadi tabiat manusia, pikiran berubah-ubah jika ada yang mempengaruhinya.
Pengaruh ini timbul bisa karena tekanan kesedihan, kegembiraan atau kondisi lain yang menyebabkan pikirannya melayang dari satu hal ke hal lain yang amat berbeda keadaannya. Suara, gerak-gerik orang, bau busuk atau harum, tempat dia shalat atau hal-hal lain semacam ini dapat memalingkan perhatiannya. Apabila ia tidak dapat mengendalikan pikiran, maka hal ini aka sangat menyusahkannya sehingga ia lupa bacaan dan gerakan shalatnya. Oleh karena itu kita harus berusaha dan jangan sampai putus asa jika keadaan ini masih sering kita alami dalam shalat. Kita harus meningkatkan kesempuranaan sholat agar memperoleh kemajuan. Jika kita berkorban berjuang sekuat tenaga supaya pikiran tidak melayang kian kemari dalam shalat, yaitu mengerjakannya dengan penuh perhatian, maka Allah SWT tidak akan mensia-siakan shalat kita. Bahkan akan menerimanya dan memandang orang yang selalu menegakkan shalat itu akan masuk dalam golongan orang-orang mutaqi.
4. Menganjurkan, Mengajak, وامر اهلك بالصلوة واصطبر عليها [Thaha: 133]
Biasanya suatu pekerjaan terus dilaksanakan jika dibiasakan dalam kalangan orang banyak dan menggerakan orang-orang supaya terus mengerjakannya. Jadi Yuqimunasshalat bukan hanya dirinya sendiri yang mengerjakan tetapi menganjurkan, mengajak, memberi nasihat dan pengertian kepada orang lain supaya ikut mengerjakannya.
5. Berjamaah, واذا كنت فيهم فأقمت لهم الصلوة [An Nisa: 103]
Shalat berjamaah pada saat sekarang sudah banyak ditinggalkan, inilah yang menjadi salah satu sebab besar terjadinya perpecahan, persengketaan dalam kalangan kaum muslim. Sebenarnya begitu banyak berkat yang Allah Ta’ala sediakan untuk ibadah ini, baik untuk pribadi atau untuk bersama. Dalam Al Qur an sendiri, perintah shalat adalah dengan berjamaah, kecuali ada halangan yang tidak bisa dihindari. Jadi shalat berjamaah adalah salah satu tiang agama yang begitu penting.
Seseorang yang meninggalkan shalat berjamaah tanpa uzur karena sakit atau safar, lupa atau tidak ada teman, maka shalatnya batal dan dianggap meninggalkan shalat.
Dalam Al Qur an karim dimana saja ada perintah shalat senantiasa perintah itu dengan perkataan Aqimusshalata “kamu (kalian) tegakkanlah shalat”Sekali-kali tidak pernah dengan perkataan sholu “sembahyanglam kamu (kau).
Hal ini merukan keterangan yang sudah sangat jelas bahwa, shalat fardhu wajib dikerjakan dengan berjamaah dan boleh tidak berjamaah jika ada halangan yang tidak dapat dihindari. Seperti halnya orang boleh shalat sambil duduk jika tidak kuat berdiri, tetapi akan berdosa jika ia kuat berdiri shalat sambil duduk, demikian pulalah akan berdosa orang yang tidak shalat berjamaah padahal ada kelonggaran. Banyak orang karena kelalaiannya tidak mengerjakan shalat berjamaah, sehingga terhalang pahala yang sangat besar.
6. Sigap, Semangat, فويل للمصلينلا الذين هم عن صلاتهم ساهون [Al Maun: 5-6]
Dalam mengerjakan shalat harus dengan kesigapan, penuh perhatian, tidak boleh lalai dan bermalas-malasan. Sebagaimana Allah SWT melarang umat Islam melaksanakan shalat jika dalam keadaan malas ولا يأتون الصلوة الا وهم كسلى “Dan janganlah kamu mendekati shalat jika dalam keadaan malas”[At Taubat:54]. Inilah sebabnya Rosulullah SAW memerintahkan mengerjakan shalat dengan tidak bersandar, meletak tangan (lengan) kelantai waktu sujud, sebaliknya Rosulullah SAW menyuruh meratakan punggung waktu ruku’, meluruskan kaki waktu tegak atau ruku’, membagi berat badan keatas kaki, lutut, tapak tangan dan kening sambil merenggangkan pinggang dan perut dari paha dan menegakkan anak jari kaki sambil menghadapkannya kekiblat diwaktu sujud. Jika semua ini dilakukan dengan benar akan menimbulkan sikap siap, sigap dan perhatian sehingga menghilangkan kantuk dan kemalasan. Inilah sebabnyasebelum shalat juga diperintahkan mengambil air wudhu, supaya kepala serta anggota badan yang lainnya merasa sejuk dan dingin yang akan menimbulkan kesigapan dan kebulatan fikiran yang fokus pada shalat.
Ketika mengerjakan shalat harus dalam keadaan sadar, dan mengerti apa yang kita kerjakan dan ucapkan. Seperti diperintahkan dalam Al Qur an: يايها الذين امنوا لا تقربو الصلوة وانتم سكارى حتى تعلموا ما تقولون “Hai orang-ortang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat disaat kamu mabuk, sehingga kamu tidak mengetahui apa yang kamu ucapkan”. [An Nisa:43]. Tetapi bukan berarti bahwa ketika sedang tidak sadar lantas tidak boleh shalat, justru hindarkanlah keadaan ini ketika akan shalat. inilah sebabnya mengapa diserukan adzan untuk memanggil umat muslim shalat yang dimaksudkan supaya orang meninggalkan kesibukannya dan mempersiapkan dirinya untuk shalat. Dan melaksanakan shalat sunat, serta berzikir dimasjid sambil menunggu shalat berjamaah.
Jika semua ini diamalkan maka lenyaplah kemalasan zahir dan batin. Dengan persiapan sebelum shalat, yaitu dengan meninggalkan pekerjaannya, mengambil air wudhu, kemudian berangkat ke masjid lalu shalat sunat, berzikir, maka ketika melaksanakan shalat fardhu berjamaah akan lebih fojkus dan penuh perhatian.
Supaya lebih focus dalam shalat, Rosulullah SAW melarang hambanya shalat jika sedang ada hajat buang air kecil atau air besar. Begitu pula ada sabda beliau SAW, “Apabila makan malam sudah dihidangkan dan waktu Isya telah tiba, maka makanlan dulu”. Disini diisyarahkan bahwa dengan terhidangnya makanan, pikiran akan tertuju pada makanan, oleh karena itu lebih baik makan dulu baru shalat.
Allah SWT memperingatkan orang-orang mukmin supaya tidak shalat dalam kondisi “malas” [At Taubat: 54], dan “lalai” [Al Ma’un: 5], akan tetapi harus selalu “menjaga” [Al Mu’minun: 10] sholatnya sehingga mampu mencapai derajat “khusyu’” dan menjadi orang-orang mukmin yang memperoleh “keberhasilan” [Al Mu’minun: 2].

Read More..

HIKMAH IBADAH

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِْنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku"
[Adz Dzariyat 51: 57]

A. Arti Ibadah

Ibadah berarti merendahkan diri, penyerahan diri, ketaatan dan berbakti sepenuhnya.

Jadi ibadah kepada Allah SWT berarti, menerima kesan dari sifat-sifat Ilahi dan meresapkan serta mencerminkan sifat-sifat itu dalam dirinya sebagai bentuk pernyataan iman kepada tauhid Ilahi yang diwujudkan dalam perbuatan dengan keitaatan dan pengkhidmatan.

B. Mengapa diperintahkan Ibadah

1. Kehendak Tuhan, Allah SWT menciptakan manusia dengan kewenangan Nya supaya manusia dapat mengenal Penciptanya. Tetapi karena Dzat Allah SWT merupakan wujud yang ghaib, tersembunyi dari yang tersembunyi dan tidak kelihatan oleh mata manusia, maka manusia dapat mengenal Nya dari sifat-sifat Nya. Setelah manusia mengenal melalui sifat-sifat nya, timbulah dorongan untuk beribadah kepada Nya.
2. Tujuan hidup manusia, Manusia diciptakan bukanlah untuk kesia-siaan, tetapi memiliki tujuan hidup yang harus diraih. Tetapi karena manusia memiliki sifat yang bermacam-macam, pengetahuan yang dangkal dan kemampuan terbatas, mereka menentukan berbagai tujuan hidup yang bersifat duniawi dan sia-sia. Padahal hanya Allah SWT yang berwenang menentukan tujuan hidup manusia, yaitu beribadah menyembah Allah SWT dan hal ini harus dijadikan sebagai jalan hidup.
3. Jasmani dan Rohani, ibadah yang sempurna yaitu meniru sifat-sifat Allah dan merendahkan diri serendah-rendahnya baik secara lahir maupun batin. Cara-cara ibadah secara lahir ditetapkan semata-mata untuk merubah perasaan kalbu dan memusatkan perasaan manusia, sebagaimana wadah yang didalamnya akan dituangkan susu makrifat atau kulit yang didalamnya isi ibadah, juga sebagai ungkapan rasa syukur, karena karunia Tuhan melingkupi badan dan ruh, memberi pengaruh dan menjadi teladan bagi orang yang melihat
4. Mensegerakannya, بَادِرُوْا بِِالاَْعْمَالِ سَبْعًا هَلْ تَنْظَِرُوْنَ اِلاَّ فَقْرًا مَنْسِيًا اَوْ غِنًى مُطْغِيًا اَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا اَوْ هَدْمًا مُفْنِدًا اَوْ مََوْتًا مُجْهِزًا اَوْ الدَّجَالَ. فَشَرُغَاِئبٍ يُنْتَظَرُ. اَوْ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ اَدْهى وَاَمَرُْ “Segeralah kamu berbuat baik sebelum datang tujuh perkara, tiada yang kamu tunggu kecuali kemelaratan yang melalaikan dirimu, atau kekayaan yang mengakibatkan kamu besar kepala, atau sakit yang membinasakan, atau lanjut usia yang menjadikan pikun, atau mati yang menghabisi riwayat, atau dajjal, atau hari kiamat, justru hari Kiamat itu lebih berat dan sangat sulit” [HR Turmudzi].
5. Memenuhi aspek, اياك نعبد “Hanya kepada Engkau kami menyembah”, واياك نستعين “dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan”, اهدنا الصراط المستقيم “tunjukilah kami jalan yang lurus”

C. Hikmah Ibadah

1. Tidak Syirik, وَاسْجُدُوْا ِللهِ الَّذِىْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ “..dan melainkan bersujudlah kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar hanya kepada Nya kamu menyembah (beribadah)” [Ha Mim As Sajdah 41:38]. Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat bernaung.
2. Memiliki ketakwaan, ياَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِىْ خَلَقَكُمْ وَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ “Hai manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga orang-orang sebelummu supaya kamu bertakwa” [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.

3. Terhindar dari kemaksiatan, ...ان الصلوة تنهى عن الفحشاء والمنكر.. “Sesungguhnya shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang nyata” [Al Ankabut 29:46]. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.

4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.

5. Tidak kikir, وَاتَى الْمَالَ عَلى حُبِّه ذَوِى الْقُرْبى وَالْيَتمى وَالْمَسكِيْنَ وَابْنِ السَّبِيْلِِلا وَالسَّائِلِيْنَ وَ فِى الّرِقَابِج “dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya”. [Al Baqarah 2:178]. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.

6. Merasakan keberadaan Allah SWT, اَلَّذِى يَرَاكَ حِيْنَ تَقُوْمُ وَتَقَلُّبَكَ فِى السَّاجِدِيْنَ “Yang Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik dalam sujud” Ketika seorang hamba beribadah, Allah SWT benar-benar berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat kehadiran Nya atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang memperhatikannya.

7. Meraih martabat liqa Illah, .....يَدُ اللهِ فَوْقَ اَيْدِهِمْج “Tangan Allah ada diatas tangan mereka” [Al Fath 48:11]. Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT, menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang, menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang dengan itu ia melangkah.
8. Terkabul Do’a-do’anya, اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِلا فَلْيَسْتَجِيْبُوْالِى وَالْيُؤْمِنُوْا بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ “Aku mengabulkan do’a orang yang memohon apabila ia mendo’a kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar” [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang didengar dan dikabulkan do’a-do’anya hanyalah mereka yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.

9. Banyak saudara, وَاْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاط..... Ibadah selayaknya dikerjakan secara berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya.

10. Memiliki kejujuran, فَِاَذا قَضَْيتُمُ الصَّلواةََ فَاذْكُرُوْا اللهَ قِيَمًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلى جُنُوْبِكُمْج ... “Dan apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas rusuk kamu”. [An Nisa 4:104]. Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan untuk berbohong. اِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى اِلَى اْلبِرَّ وَاِنَّ اْلبِرَّ يَهْدِىْ اِلَى اْلجَنَّةِ... “Kejujuran mengantarkan orang kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke surga” [HR Bukhari & Muslim]

11. Berhati ikhlas, وَمَا اُمِرُوْا اِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الِدّيْنَلا حُنَفَاءَ.... “Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus”. [Al Bayyinah 98:6]. Allah SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak menyukainya. هَلََكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ, قَالَ ثَلاَثًا “Binasalah orang yang keterlaluan dalam beribadah, beliau ulang hingga tiga kali”. [HR Muslim]

12. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan دائمون “dawam” (rutin dan teratur), خاشعون “khusyu’” (sempurna), يحافظون terjaga dan semangat.

13. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan.

Read More..